Rabu, 26 Oktober 2011

Behind the scene part 5 (ending)

6 bulan kemudian………..
“Selamat ya za” Sasha memberi selamat kepadaku.
“Akhirnya kamu terpilih sebagai pemeran utama wanita terbaik”. Sasha memelukku.
“ Ya…” aku menjawab singkat. Entah karena apa, beberapa hari terakhir ini aku lebih banyak diam. Aku menuruti apa yang Sasha katakana. Soal tawaran job pun Sasha yang mengatur sekarang ,bukan Pa’ Heru lagi. Dia mempunyai hak untuk semua itu setelah dua bulan yang lalu terjadi sesuatu yang aku tidak inginkan.
“ Nih baca?” Sasha melemparkan majalah dan tabloid ke meja.
“ Semua berita isinya kamu dan Daffa. Apa benar kejadian di club itu?”
“ Itu ga benar Sha. Aku juga sudah jelaskan semuanya ke wartawan kemarin.”
“ Sekarang kamu yang bohong atau wartawan yang mengada-ada. Aku ga bisa mempercayai siapapun”.
Ya..dua bulan yang lalu berita heboh yang mengiisi semua tabloid. Ketika itu aku diajak oleh Daffa ke club malam. Memang itu acara dari sponsor film yang ingin mengadakan party setelah usai syuting film berakhir. Tadinya aku tidak mau. Tapi pihak produser memaksaku. Hufff akhirnya aku menyetujuinya. Semua kru dan para artis actor menikmati party tersebut terkecuali aku.Minuman keras pun disediakan.
“ Kau tidak minum za?”Daffa menawarkan minuman dan berusaha duduk disampingku.
“ Ga terima kasih” Aku mencoba menghindar.
“ Sedikit aza “
“ Kalau aku ga mau, ya aku ga mau?”
Daffa pun pergi dengan kecewa. Dia pun berbaur dengan teman-temannya yang juga minum minuman tersebut. Hingga pukul 12 malam, aku ingin izin pulang lebih dulu. Aku sudah bosan dengan musik keras yang terngiang di telingaku. Pak produser pun mengijinkannya. Ketika aku melewati kerumunan orang yang sedang menari, tiba-tiba’…
“ Kita dansa dulu yuk za’!”Daffa memegang tanganku.
“ Ga , in sudah malam aku ingin pulang”.
“ Sebentar saja, please!”Ucap Daffa yang sudah terlihat mabuk
Terlihat kru dan artis lain pun menyetujuinya.
“ Gpp sih za…dance az masa ga mau” ucap yang lain setuju.
Hushh..aku menghela napas panjang. Dirangkulnya pinggangku. Aku agak ragu-ragu memegang pundakknya.
“ Sudah lama aku menginginkan hal ini”
Aku hanya diam tidak menanggapi ucapannya.
“ Ingat tidak za’ waktu kita pertama kali bertemu di tempat casting”.
“Ya…”sungguh justru aku ngin melupakannya.
“ Humm..akhirnya di film ini kita bisa kerja bareng, walaupun Cuma satu bulan tapi bag aku lebih dari cukup. Dan aku boleh memilih peran untuk wanitanya.”
“ Maksudnya…” Aku mulai tak mengerti.
“ Oh..jadi kamu yang memilih aku jadi peran utama di film ini”raut wajahku mulai serius.
“ Apa ada masalah”
“Tidak. Kenapa harus aku”
“ Kamu masih juga belum tahu mengapa”
Aku diam beberapa menit. 
“ Apa karena…” tanyaku belum sempat berkata apa-apa.Tiba-tiba Daffa menempelkan bibirnya ke wajahku.
“ Karena aku mencintaimu”ujar Daffa usai menciumku.
 Dan…….Plakkk…
Semua mata melihat. Wartawan yang ada disitu pun mengambil kesempatan dengan foto-fotoku dengan Daffa. Pada akhirnya semua terjadi. Dan pada saat itu juga semua terungkap. Rahasia selama ini yang aku tidak tahu.
“ Kamu mau tahu kenapa aku marah” ucap Sasha ketika mengetahui hal itu lewat berita tabloid,majalah dan berita infotaiment.
Aku menggelengkan kepala. Singkat tapi benar-benar menohok tenggorokanku.
“ Aku sebenarnya adalah sepupu Caesar”
Aku terdiam lemas. Jadi Sasha sepupu Caesar. Pria bertopi itu.
“ Kamu masih ingat kan janjimu pada saudaraku” Sasha mengingatkanku atas janjiku dulu. Waktu itu pertama kali selesai syuting film pertamaku. Caesar mengajakku ke Bali.
“ Ini…” Caesar memberiku sebuah kado.
“ Apa ini?.” kado berwarna pink itu berpitakan oranye.
“ Karena kamu sukses dengan film ini, jadi aku memberimu ini”
Caesar membuka kado itu. Dan ternyata sebuah kunci. Caesar memegang kunci itu dan menaruhnya di tanganku.
“ Kunci??” ucapku heran
“ Ya ..ini kunci apartement . Hadiah buat kamu”
“ Tapi ini terlalu mahal Caesar”
“ Buat kamu ..apapun akan ku beli”. Caesar merangkul aku.
Caesar telah banyak membantuku. Dari membayar semua biaya kuliah aku kemudian membayar biaya sakit mama yang koma di rumah sakit kala itu. Aku berhutang banyak padanya. Maka ketika dia menyatakan cinta padaku . Aku sama sekali tak menolaknya.
Dan dia juga memberiku asisten Sasha yang baik hati.
Caesar memegang jemari tanganku.
“ Janji ya za’”
“ Apa?”
“ Sepulang aku dari amrik kamu harus tetap setia menungguku”
Aku menganggukan kepala dan membalas pelukannya.
Caesar memang ingin sekali melanjutkan sekolahnya ke amerika. Dia ingin masuk sekolah seni dan ingin menjadi sutradara yang handal. Secara dari background keluarganya memang dari seniman semua. Dari mula mamanya yang seorang penyanyi, papanya seorang produser film. Pak Hari Sanjaya yang ternyata adalah papanya.
“ Love you filza “.
“ Love you too” ucapku lirih di pundaknya.
Caesar sangat baik, sayang dan pengertian. Aku sungguh beruntung mendapatkannya. Dan ternyata Alya model yang bertemu dengan aku waktu casting itu adalah mantannya. Semenjak saat itu sifat Alya berubah padaku. Ketika ada pemotretan bareng pun dia sama sekali tidak menyapaku.
“ Sudah ingat”. Sasha kembali bertanya padaku.
“ Ya..akuu tahu “
“ Kalau begitu kamu tahu apa yang harus kamu lakukan. Tak perlu aku suruh kan.”
Aku menganggukan kepala. Sasha pergi meninggalkan aku. Suara telpon mengagetkanku. Humm Daffa menelefonku. Sudah sepuluh panggilan tak terjawab tertera di hp ku. Aku mengangakat telponn genggamku.
“ Ya hallo. Mau ngapain lagi”
“ Please za’ apa kamu masih marah” suara Daffa lembut di telingaku
“ Tidak..”
“ Bisa kita ketemu”
“ Sorry aku ga bisa. “
“ Please jangan buat aku seperti ini. Aku benar-benar serius za’.”
“ Kalau ga bisa ya ga bisa” ucapku dengan mengakhiri panggilan Daffa d telefon.
Huahh..sungguh aku bingung. Apa karena aku sudah mulai suka pada Daffa. Selama syuting dengan banyak sekali perhatian yang dia berikan padaku. Tapi sungguh aku juga tidak bisa menghalau perasaan ini.

Pagi itu sangat cerah. Aku tertidur pulas. Tiba-tiba aku terbangun dengan sms Sasha di hpku.
“ Za’ aku keluar sebentar ada urusan. Hari ini kamu tidak ada syuting. Aku sudah membatalkan janji dengan pihak sponsor. Hari ini kamu bisa beristirahat dulu. Banyak istirahat ya za’.”
Sasha pasti lagi berlibur. Huahh aku menguap . Ternyata aku masih mengantuk. Ku ambil segelas air. Kuteguk segelas air putih. Kuberanjak dari tempat tidur. Kuberjalan kearah balkon. Segar rasanya jika ingin menghirup udara pagi.
Kulihat lalu lalang orang yang sibuk beraktivitas pagi ini. Baguslah aku free. Tidak ada kegiatan hari ini. Lagi enak-enaknya menghirup. Tiba-tiba seseorang memelukku dari belakang. Aku menoleh kaget. Senyum orang itu sangat kukenal.
“ Caesar”
“ Hi…sweety..”
Tanganku bersandar pada penyanggah. Aku benar-benar terkejut. Tepat dia didepanku sekarang dan sangat dekat.
“ Kenapa? Kamu ga senang aku datang?”
“ Bukan itu. Kenapa ga bilang kalau mau datang ke indonesa. Kan aku bisa jemput kebandara.”
“ Kan kejutan. Sukses bikin kamu terkejut”.
Humm..Ini pasti ulah Sasha ,dia pasti Caesar bakal datang hari ini.
“ Sasha yang menjemputmu?”
“Yup”
“Aishh Sasha ko ga bilang sih kamu datang”.
“ Aku yang menyuruhnya untuk tidak memberitahumu.”
“ Humm…” Caesar menghela napas perlahan.
  I miss u”.Caesar memeluk erat aku.
“ Me too.”
Beberapa jam  kemudian aku pun berbincang-bincang lama dengan Caesar. Kami bercerita lama tentang kehidupan kami masing-masing. Sampai suatu pertanyaan yang membuat aku terdiam.
“ Apa masalahmu sudah selesai dengan dia?”
Apa Caesar semua itu. Sasha kah yang menceritakannya.
“ Masalah apa?
“ Aku sudah membaca beritanya. Sasha tidak memberitahuku. Hanya saja tabloid yang memuat berita kamu ada di mobil. Aku tidak sengaja membaca.”
“ Kamu percaya aku kan?”
“ Of course honey. Dulu waktu kamu belum menjadi artis aku sudah bertanya tentang hal ini. Resiko kalau public figure selalu menjadi bahan perbincangan. Just stay up ok”.
Selalu kata-kata Caesar membuat aku tenang. Itu yang menjadi alas an aku tidak akan pernah meninggalkan Caesar, Karena aku nyaman di sampingnya.

            Ketika menjelang sore, Caesar mengajakku jalan-jalan ketempat papanya yang baru datang dari Australia. Humm rumahnya tak jauh dari Perusahan papanya. Caesar mengemudikan mobilnya dengan pelan.
“ Selama aku di Amrik , kamu ga pernah kan main kerumahku.”
Aku menggelengkan kepalaku.
“ Pasti mereka bakal terkaget-kaget ya..apalagi papa. Karena kita memang sudah janji untuk merahasiakannya bukan?”
“ Iya.”. Aku tersenyum . Caesar menghusap pipiku dengan lembut.
Rumah dengan tingkat 4 berwarna coklat dicampur dengan itu terlihat megah. Caesar membukakan pintu mobilnya. Aku berjalan memasuki rumah itu.
Terlihat sosok pria yang selaku produserku Pak Hari sanjaya. Dia adalah orang pertama yang memproduseri filmku.
“ Filza sudah lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?”
“ Iya. Baik Om”.
Aku duduk berhadapan dengan papa Caesar. Caesar tersenyum senang , apalagi dia mulai mengenalkan aku sebagai kekasihnya.
“ Seleramu tinggi ya Caesar”
“ Ah papa bisa az.”Caesar tersenyum manis kearahku.
Tak lama setelah itu mama Caesar pun muncul. Di usianya yang mulai tua, wanita itu tetap terlihat cantik. Tak beberapa menit adiknya yang perempuan muncul. Mereka sangat ramah.
“ Sudah kumpul semua nih” ucap papa Caesar senang.
“ Tunggu pa’”.mama Caesar menmpali.
“ Ouu dimana dia. “
“ Bentar lagi datang”.
“ Nah itu dia”.
Suara mobil terderngar kearah kami. Aku pun menoleh. Cowok berkacamata hitam itu memanggil papanya. Dia menghampiri kami. Aku terkejut. Daffa!!!.
“ Nah ini dia anak papa yang paling keren baru datang”.
Aku memalingkan wajahku. Daffa menyadari kehadiranku. Belum sempat dia bertanya. Tiba-tiba Caesar berkata..
“ Kenalin Daf’ ini calon tunanganku Filza, kamu pasti tahu kan “.
Sesuatu bagai menampar hatiku jatuh. What..Caesar bilang tunangan. Mengapa tadi di jalan dia tidak sama sekali membahas hal itu.
“ Oh..jadi ini calon tunangan kaka” raut muka daffa mulai sangat kecewa.
“ Nanti kamu datang ya ..di acara pertunangan kami. Satu bulan lagi mungkin”.
  Sepanjang perkumpulan itu aku hanya diam. Menjelang malam Caesar mengantarkanku pulang. Daffa sudah pergi sebelum malam . Terlihat tidak bersahabat sore itu. Sesampainya di apartement Caesar menarik tanganku sejenak.
“ Kamu marah”
“ Buat apa”
“ Aku mengajak tunangan tiba-tiba tanpa konfirmasi dulu dengan kamu”
“ Humm kenapa harus buru-buru”.
“ Aku harus cepat. Karena wanita yang berada di hadapanku sekarang hanya menyimpan 50% hatinya untukku. Aku tidak mau setengah hatimu akan berkurang untukku. Aku tahu apa yang terjadi dengan hatimu yang mulai goyah saat ini. Aku tidak ingin mengakhiri. Karena aku masih bisa mempertahankannya.”
Tiba-tiba aku menangis. Dia menyadarkan pundaknya padaku.
“ Maafkan aku” aku terisak.
“ Sudahlah aku mengerti”.
  Love you Caesar” aku memeluk erat pundaknya. Malam itu juga aku tersadar dan memang Caesar yang terbaik untukku.

Tamat……………..

           






Selasa, 18 Oktober 2011

Behind the scene part 4


“ Apa ada masalah?” Produser yang bernama Pa Arie itu mengagetkanku.
“ Oh ga ada” ucapku menyembunyikan sesuatu.
“ Baiklah kalau tidak ada yang di tanyakan lagi saya akan siapkan kontrak kerjanya. Syuting akan dimulai minggu depan.”
“ Ok “ Usai berjabat tangan aku pun pergi meninggalkan ruangan kantor. Masih mengganjal di hatiku tentang Daffa. Peranku disini menjadi sosok cewek yang angkuh yang jatuh cinta pada Daffa. Humm..apa bisa aku berakting dengan dia. Kejadian buruk itu tidak akan kulupakan . Aku benar-benar benci dengan dia.
“ Za’ pa’Heru memanggil aku nih kekantornya. Pasti mau nanyain soal kontrak kerja kita. Kamu mau datang kesana ga?”
“ Ga ah. Aku pulang saja ke apartement.”
“Ok deh. Tapi naik taksi ya”.
“lah kok” tanyaku heran
“ Yah kan aku pergi, ga bisa nganterin u za’. Kalau kamu bisa nyetir mobil sih gapapa.”
Aishh.. aku lupa kalau belum bisa nyetir mobil. Mau belajar tapi ga ad waktu, syuting terus. Akhirnya aku menunggu taksi di luar parkiran mobil. Lalu lalang mobil melewati ruang keluar gedung . Tapi tak ada satupun yang lewat. Sekali ada yang lewat ternyata sudah di pesan. Titttt..tittt…Suara klakson mobil terdengar di sebelah kanan. Sosok cowok keluar dari mobil dengan kacamata hitamnya. Dia mendatangiku.
“ Filza..pa kabar?” Dia pun membuka kacamatanya. What….apa aku ga mimpi.
“ Kok diem” daffa tersenyum seolah-olah tidak terjadi sesuatu dengan aku dan dia tiga tahun yang lalu. Aku hanya memalingkan wajahku. Tak ingin menoleh kearahnya. Aku berjalan menjauhinya dan ingin meninggalkannya. Benar-benar menganggu sekali kalau dia ternyata mengikuti aku dari belakang. Aku tetap berjalan jauh dan jauh hingga sampai ke pertigaan jalan. Sampai aku sudah tidak sabar lagi dan menoleh kearahnya.
“ Mau lu apa sih” Ucapku terkesan kasar
“ Bisa di lembutin ngomongnya”
“ Ga”. Ucapku puas
“ Kamu masih tidak bisa terima kalau kita ternyata satu film”
“ sorry ..sampai kapan pun aku juga ga mau kalo satu film. Ya semua orang tahu kamu sekarang actor terkenal beda dengan dulu. Tapi aku tidak tertarik sama sekali.”
“ kamu terpaksa”
“ Itu udah tahu jawabnnya . Aku terima karena terpaksa.”
“ Filza” Daffa mencoba memegang tanganku.
“ Hih..apa sih. Jangan pegang-pegang.Kalo ga……” Belum sempat aku melanjutkan kata-kata..
“ Daffa…daff…..Itu Daffa .Aktor film yang dapat penghargaan. Kita kesana yuk” suara wanita-wanita yang berdiri di halte itu pun terkejut dan kemudian mereka berlari kearah kami. Sedangkan Daffa mulai panic..
“ Siang-siang gini enak kali ya lari marathon” Tanpa aba-aba dia pun tiba” menarik tanganku
“eh..tunggu dulu” Aku tak bisa menolak lagi tangan dia begitu erat memegang aku. Kami pun berlari berkejar-kejaran dengan fans. Napasku mulai cepat. Kelelahan mulai merajai tubuhku. Tepat melewati gedung bertingkat. Dia mengajakku bersembunyi di balik pohon yang menjulang tinggi.
“ kemana Daffa ya…”wanita berponi itu kebingungan.
“ Aishh kita telat sudah, dia lari jauh kayaknya. Padahal aku ingin sekali foto-foto.” Sahut cewek berambut pendek.
“ Ya…telat deh yuk balik” Ucap wanita lainnya.
Hingga mereka berlalu pergi menjauh. Daffa kemudian keluar dari pohon. Tak lepas tangannya tetap memegangku. Tapi kemudian aku menarik lagi tanganku.
“ Sudah cukup..lagian kenapa ga foto-foto sama mereka.”
“ Kan kita berdua. Kamu mau ada gossip?”
Huahh. Tidak di bayangkan sama sekali kalau harus pulang bareng Daffa. Karena aku harus buru-buru pulang dan sorenya ada pemotretan jadi tidak ada waktu lagi.Tidak lagi-lagi deh pulang bareng. Hari ini karena terpaksa.

“ Ga usah” jawabku singkat ketika dia ingin mengantarkanku masuk ke apartement
Aku pergi tidak mengucapkan sepatah katapun.

            “ Filza..serius dunk , sudah 10 take nih”. Seru Pa Andrea mulai kesal.
Ada apa aku hari ini. Masih saja tidak bisa konsentrasi. Adegan bermesraan dengan Daffa membuat aku pusing. Andai saja adegan ini tidak ada. Hufff.
“ Kalau masih take terus,film kita tidak akan selesai sampai sebulan za’.Bisa-bisa lebih dari sebulan.”lanjut Pa Andrea membuatku terhenyak. What…satu bulan lebih. No..way. Bertemu dan beracting dengan dia selama satu bulan saja sudah menjadi beban bagiku. Apalagi lebih dari satu bulan.
“ Iya..aku janji kali ini serius” ucapku memelas. Akhirnya syuting di lanjutkan. Semoga bisa konsentrasi.
Action’………
                        “ Terima kasih sayang, hari ini aku tersadar bahwa cintamu benar-benar tulus.” Sahutku lirih memegang bahu Daffa.
“ Iya sayang ..aku tahu saatnya pasti akan tiba untuk kita. Aku senang dapat kembali bersamamu .”Peluk erat Daffa memegang pinggangku.
Cut……
“Ya..selesai” Akhirnya Pa Andrea tidak kesal lagi.  Humm selesai. Usai syuting kuburu-buru pulang. Tak kuhiraukan Daffa yang mencoba memanggilku. Kucepat berlari ke mobil dan menyuruh Sasha cepat-cepat mengemudikan mobil.
“ Kenapa za’ tergesa-gesa. Biasanya kan kamu mau istirahat dulu di tempat syuting.”
“ Oh ga ad apa-apa kok”
“ Kamu ada sesuatu dengan Daffa?”Sasha mencoba serius kali ini. Tak biasanya dia serius, seringkali dia bercanda padaku.
“ Ga ada kok Sha’.ucapku tanpa ragu-ragu
“ Oh..syukurlah”. Raut muka Sasha agak senang seketika. Ada sesuatu yang Sasha sembunyikan dari aku. Entahlah. Sepanjang jalan dia hanya terdiam. What’s wrong with you sha?...
Bersambung…

           



Sabtu, 15 Oktober 2011

Behind the scene part 3

Bodoh sekali diriku harus terkurung seperti ini. Kulirik jam tanganku sudah 1 jam menunggu Daffa tapi dia belum datang juga. Kutelfon tapi hpnya sudah tidak aktif. Bayangan negative sudah mulai membayangiku. Apa mau dia sebenarnya?. Apa dia hanya mengelabui aku. Tidak ada gunanya juga kalau harus berteriak. Tidak akan ada yang mendengar. God help me please. Empat jam sudah terlewati. Sekarang jam 5 , namun Daffa juga belum muncul. Jika sampai  malam juga bagaimana ini. Bermalam di apartemen ini!!..Oh tidak…aku  tidak mau dan tidak akan. Lemas mulai merajai tubuhku. Tidak ada kekuatan juga kalaupun harus mendobraknya. Tetap setia aku menyender dekat pintu . Berharap ada seseorang yang berjalan melewati kamar Daffa dan aku akan mengedor-gedorkan pintu untuk meminta tolong. Tapi semua sia-sia. Sunyi tidak ada suara langkah kaki satupun. Kumulai duduk lemas dekat pintu. Sekarang bagaimana ini. Setelah pikiranku berkutat dengan hal-hal yang tidak kuinginkan tiba-tiba terdengar suara langkah kaki. Dengan cepat kuberanjak berdiri. Pintu terbuka.
“ Za’..” dengan wajah tak berdosa Daffa tersenyum padaku.
“ Darimana aza” ucapku lemas.
“ Nungguin Alya selesai pemotretan”
“ Lalu  Alya?”tanyaku tegas.
“ Dia lelah jadi dia langsung pulang. Dia hanya menitipkan salam padamu.”
“ Percuma aku disini hanya membuang waktu saja. Tidak .” Kuberanjak keluar pintu ,ingin cepat meninggalkan Daffa.
“ Tunggu” Daffa menarik lenganku.
“ Sebenarnya aku bohong”
Aku menoleh . Terlihat Daffa ingin mengungkapkan sesuatu.Aku melepaskan tangan daffa.
“ Bohong?”Tanyaku curiga
“ Ya.”
“ Alya bukan sepupu aku”. Dia hanya teman di agency model”.
“Trus” lanjutku lebih dalam
Sebelum daffa melanjutkan kata-katanya. Dengan cepat dia mengunci pintu kamar dan menarik aku kedalam ruangan.
“ Daffa”sahutku kesal
“ Apa maksud semua ini”
“ Kamu ingin menjadi artis kan?. Ingin lolos casting dan masuk di PH Alfa Pictures. Aku tahu semua wanita berlomba-lomba untuk bisa bersaing di PH terkenal itu. Kalau kamu mau aku ada channel agar kamu bisa masuk kesana. Tapi ada syaratnya.”
“Apa?”
“ Hanya cukup menemani aku tidur malam ini” sontak aku terkejut mendengar ucapan Daffa yang terkesan sangat tidak sopan .
“ Oh…Boleh mau berapa malam? 2 malam , 3 malam atau 7 malam.”ucapku mulai lantang
“ Kamu serius”sahutnya mendekatkan wajahnya ke aku.
“”Kamu percaya..!!.Asal kamu tahu aku tidak bisa menemani orang yang tidak bisa sopan terhadap wanita. Jadi jangan mimpi deh. Maaf aku harus pergi”.
“ Ga secepat itu kamu pergi”Daffa memegang erat tanganku.
  Kamu tidak ingin membayar kuliahmu?”
“ Oh jadi kamu tahu juga. Hebat ya Alya bisa cerita begitu dalam tentang aku.”
“ Aku memang ingin bayar hutang kuliah. Tapi kalau harus dengan cara ini. Aku lebih baik tidak kuliah. Paham. Dan jangan menganggap semua wanita itu sama dengan apa yang kau pikirkan.” Dengan sekuat tenaga kumencoba melepaskan tangan Daffa.
“ Sebelum aku lepaskan aku ingin kamu mengingat ini” Daffa mendekatkan bibirnya ke wajahku.
“Kamu…!!Plakk” satu tamparan tepat kearah mukanya. Seketika wajahnya pun memerah. Cepat-cepat kurampas kunci pintu dan berlari sekuat tenaga dan  meninggalkan apartement tersebut. Ya Tuhan apakah seberat ini harus bisa terjun ke dunia hiburan, sahutku dalam isakan tangis . Aku tidak menghiraukan orang-orang yang melihat di sekelilingku. Mereka pasti bertanya-tanya. Mengapa ada perempuan menangis keluar kamar apartement. Sebagian dari mereka iba tapi sebagian mereka cuek. Entah mereka berpikiran buruk atau tidak, Yang jelas aku harus cepat-cepat pergi dari tempat ini.
            Kututupi wajahku dengan sapu tangan , berharap orang-orang tidak melihatku menangis. Baru saja aku kelantai bawah dan hendak melangkah keluar. Tiba-tiba ..Brukkk. Karena aku tutupi wajahku aku tidak melihat seseorang di hadapanku. Aku terjatuh.
“ Sorrry….” Sosok pria melihat ke arahku. Tidak mungkin dia. Wajahnya aku sangat kenal.
“ filza ya’ tanyanya padaku.
“ Iya..” Kulihat dengan jelas. Iya benar dia pria bertopi. Kubuka sapu tanganku. Dia mengerti apa yang kurasakan saat itu.
“Ikut aku” Pria bertopi itu pun mengajakku ke coffee shop yang tak jauh dari parkiran pintu keluar apartement.
“ Jadi karena itu kamu menangis” sahutnya usai mendengar kejadian yang aku alami tadi.
“ Aku memang butuh uang tapi tidak dengan cara seperti itu” isakku lagi.
“ Sisi negative itu pasti ada, tergantung kita yang menentukannya. Dunia hiburan itu keras, baik dan buruk menyatu di dalamnya. Yang penting kamu bisa bertahan dengan prinsip yang kamu ambil. Apa masih kamu ingin terjun,setelah kejadian ini?” tanyanya sekitika isakan tangisku berhenti.
“ Tetap ingin maju, apapun resikonya. Dan asalkan aku tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak aku inginkan”.Sejenak dia terpana dengan ucapanku. Pria itu kemudian mengeluarkan kartu nama.
“ Ini ada kartu nama temanku. Dia adalah produser film. Dan sudah lama berkecimbung di dunia hiburan. Kelebihannya lagi dia dapat melihat talent seseorang dalam berakting. Kamu bisa datang kepadanya. Kudengar dia ada proyek film baru. Mudah-mudahan kamu bisa terpilih. Meski bukan PH terkenal tapi aku dapat melihat kalau PH itu bisa berkembang dengan cepat”.
Kulihat kartu nama tersebut dengan seksama.Citra Production “Hari Sanjaya”.
  Bilang saja kamu tahu itu dari Mr. L. “
“ Mr. L” sahutku heran
“ Ya ..itu sebutan aku”.
“Oh. Makasih ”.
“Iya sama-sama”Pria itu tersenyum ramah. Untuk yang kedua kalinya aku tidak tahu nama dia. Humm secrect man.
            Kenangan itu masih membekas di kepalaku. Itulah awal aku bisa terjun ke dunia hiburan. Tiga tahun sudah aku tidak pernah  bertemu dengan pria bertopi. Entah dimana dia sekarang. Jika ada kesempatan bertemu dengannya, aku akan mengucapkan banyak terima kasih. Berkat dia aku bisa ikut berperan di film pa’ Hari Sanjaya meski awalnya hanya sebagai peran pendukung. Terlebih lagi Pa Hari seseorang yang sangat bijaksana. Dia sangat paham dengan karakter seseorang. Hingga dapat menempatkan aku dalam peran tersebut.
“ Pagi Filza” Suara sasha terdengar di balik pintu.
Aku pun menoleh kearahnya.
“ Aishh piala penghargaan” Sasha menghampiriku. Dia tersenyum melihat aku memegang piala FFI.
“ Pemeran pendukung terbaik jatuh kepada Filza Ardhina…plok…plok..” sahutnya meniru suara presenter.
“ Apaan sih sha’” aku tertawa kecil melihat tingkah laku sasha.
“ Agak mirip ga jadi host”
“ Ga” ucapku menggelengkan kepala.
“ Aishh..Gitu ya”
“ hahahah…ngambek nih..cocok kok beneran deh”
“ Pastinya” ujarnya bertolak pinggang
 Cocok jadi asisten  maksudnya hiihhi”
“ Itu memang iya”sahutnya mengernyitkan dahi.
“ Oh ya..cepetan mandi za’”.
“ Memang knp?”.
“ Aishh…Baru saja semalam aku bilang , kalo hari ini ada pertemuan dengan produser Alfa pictures za’”.
“ Uhh aku lupa”
“ Makanya jangan kelamaan tidur, jadi lupa ingatan kan “
“ Bisa di batalin ga” ucapku memelas
“ Ga bisa..”seru sasha tegas. Sasha pun memberi aku handuk yang tergantung di samping lemariku.
“ Huff ..ya sudah aku mandi.”
            Libur hari ini tinggal kenangan .Hari minggu tetap sibuk. Inilah resiko kerja di dunia hiburan. Usai mandi kupun cepat mengganti baju dengan yang casual. Paling hanya pertemuan biasa dan membicarakan soal film nanti kemudian penandatangan kontrak. Janjiku dulu tidak akan bekerja sama dengan Alfa Pictures meski di bayar berapapun. Sempat menolak tapi Pa Heru sudah mengiyakan.
“ Ga bisa za’ aku sudah terlanjur mengiyakan”.
“ Kalaupun di tolak, pasti berdampak besar pada karirmu. Apalagi kamu kan baru merintis karirmu dari nol. Kamu tidak ingin kan karirmu hancur”.
Itu alasan Pa Heru tidak mau mengikuti keinginanku. Ada benarnya juga Alfa Pictures PH yang sangat  terkenal. Pasti bagi mereka mudah untuk menjatuhkan aku.
            “ Sudah siap” sasha menengok pintu kamarku lagi.
“ yup”  Sasha membantuku membawa tas. Dan di bawanya ke mobil. Selelahnya aku kerja tiap malam syuting, aku tetap senang. Karena kehadiran Sasha sangat  membantuku setiap saat. Maka tak heran setiap bulan aku selalu memberinya hadiah. Dan pastinya aku berterima kasih juga dengan Pa hari telah memberiku asisten ketika mulai memasuki  dunia hiburan. Lima belas menit kemudian mobilku memasuki tempat area parker. Kubuka jendela mobil. Humm sudah tiga tahun gedung ini banyak sekali berubah. Terakhir aku kesini ketika aku ikut casting dulu.
“ Yuk”.Sasha turun lebih awal. Kulihat dengan seksama di setiap sudut gedung. Dilantai tiga kulihat banyak sekali wanita yang sedang menunggu giliran casting. Humm jadi ingat waktu aku dulu. Sasha menunjukkan tempat sang produser. Kami pun masuk di ruang agak pojok. Terlihat banyak orang-orang yang bekerja termasuk karyawan kantor tersebut.
            “ Ouhhh..Filza Ardina ..senang bertemu dengan anda.” Sosok pria berbadan besar yang pertama kali aku lihat ketika aku ikut casting dulu. Masih sama dengan tiga tahun yang lalu.
“ Ya ..” Aku pun duduk di sofa yang sudah di sediakan dekat meja berukuran besar itu. Terlihat ada tiga orang di hadapanku.
“ Maaf sebelumnya kalau pertemuan ini sangat mendadak”
“ Saya berharap kita bisa bekerja sama dengan baik.”
Aku hanya membalas dengan anggukan. Tak berapa lama berbincang. Dia pun memberiakn script naskah yang aku maenkan dalam film tersebut.
“ Ini naskahnya, kamu bisa lihat dulu” Ku membalikkan kertas untuk naskah yang akan perankan. Ceritanya cukup bagus. Begitu lihat aku sudah mulai tertarik. Menantang karakter untuk aku  perankan. Tapi setelah kulihat para pemain dalam film ini , ada keganjalan dalam hati aku. Satu tokoh cowok yang ada di ingatanku tiga tahun yang lalu. Daffa ….dia adalah pemeran utama pria di film ini. Aishh…Mengapa harus bertemu lagi dengan dia.  Seperti tertimpa meteor huff.
Bersambung…….







             




Jumat, 14 Oktober 2011

Behind the scene part 2


Lelah juga seharian ikut casting. Bolak balik ngisi formulir dan persyaratan lainnya. Apalagi harus menghabiskan waktu dengan antrian yang begitu panjang. Sebenarnya diriku termasuk yang  beruntung. Jumlah orang yang ikut casting sekitar 50 ,kemudian setelah di seleksi menjadi 25. Dan yang di pilih hanya 10 orang. Sayangnya aku tidak termasuk dalam pilihan seleksi itu. Huff padahal keinginanku besar sekali untuk bisa lolos casting di film tersebut. Selain karena uang juga karena…..Mulai deh khayalanku muncul. Pokoknya aku harus berusaha kelak aku bisa lolos. Yup semangat.

            Siang itu cuaca sangat mendukukng aktivitasku. Langit tampak biru udara sepoi-sepoi menerpa tubuhku. Umm seperti biasa  hari ini aku mencoba mencari-cari informasi dari temanku yang sepupunya sudah menjadi artis terkenal. Mudah-mudahan ada casting hari ini. Ku berjalan melewati halte busway. Lalu lalang antrian busway mulai panjang. Harmoni selalu seperti ini. Sudah menjadi kebiasaan kalo harus mengantri panjang. Hari ini Dina ingin menemuiku di Blok M. Mudah-mudahan ada info casting lagi. Walaupun aku sering di tolak berkali-kali , tapi aku tetap percaya diri untuk mengikuti casting.
            Setelah 1 jam menunggu lama akhirnya busway yang di tunggu tiba. Selalu  Berdesak-desakkan jika ingin memasuki ke busway. Huff  benar-benar perjuangan. Tidak duduk pun tidak masalah bagiku, yang penting bisa masuk.
            Aku berdiri di pojok pintu belakang. Tempat ini yang selalu aku sukai di busway jika aku tidak kebagian tempat duduk. Nyaman dengan hanya menyender pintu dan melihat gedung-gedung bertingkat melalui jendela busway. Ketika melewati shelter setiabudi tiba-tiba handphone ku berbunyi.
“ Hallo za’”terdengar suara Dina di hp ku.
“ ya Din gw lagi di jalan nih , tunggu bentar ya”
“ Oh ga usah za ‘ gw ga jadi ke blok M nih ,ada acara mendadak. Tapi kata sepupu gw ada casting di daerah Jakarta Selatan. Gw sms’in aja ya alamatnya.?”
“ ya Din gpp thanks ya” kututup telfonku .Alhamdulillah ada kesempatan. Mudah-mudahan ini bisa lolos’ harapku dalam hati.
            Akhirnya aku tiba di tempat yang di tuju. Gedungnya lumayan cukup tinggi. Tapi kata Dina castingnya di lantai dua. Lumayan lah tidak begitu sulit di jangkau. Di lantai dua itu kulihat artis kenamaan yang sering muncul di tv ikut juga casting . Umm ternyata seseorang yang sudah terkenal juga tidak putus asa, masih juga sering ikut casting. Kalau begitu juga aku tidak mau kalah. Aku harus bisa.
            “ Filza Ardina ?”tiba-tiba pria tak di kenal muncul di hadapanku.
“ kamu tahu nama aku?”
“ Iya ..”
“darimana anda tahu?”
“ Ya lah  tahu, kamu yang ikut casting di senayan itu kan “
“ Ya benar “
“ Kenalin gw Daffa,  model dari  agency yang kamu ikut casting kemarin”
“ Ouu..model. Ikut casting juga ya kemarin?”
“Oh bukan aku Cuma lagi syuting iklan waktu itu “
“ Umm” aku menganggukan kepalaku.
“Oia…mending kita cari tempat buat ngobrol yuk” Daffa tiba-tiba mengajakku. Padahal aku kan niatnya mau ikut casting.
“ Tapi aku ingin “
“ Ikut casting kan. Ya gw tahu. Castingnya itu masih lama. Umm sekitar jam 5 sorean gitu. Gimana daripada kamu bete disini?”
“ Ya dah deh  daripada harus nunggu 5 jam disini”.Akhirnya aku ikuti ajakan dia.
Daffa , dengan sosok badan tinggi sekitar 175 cm. Bentuk badan yang proposional, cocok lah dengan profesinya  sebagai model. Walaupun sebenarnya aku agak aneh juga. Mengapa dia dengan begitu mudah mengajakku jalan, padahal kan baru kenal. Apalagi aku kan bukan artis atau model seperti dia. Entahlah aku tidak mengerti. Sepanjang jalan di mobil bersama dia. Dia hanya asyik mendengarkan musik rock. Sesekali dia menanyakan asal usul ku . Tapi aku hanya menjawab seperlunya. Sesampainya di tempat yang di tuju aku berubah menjadi bingung.
“ Lho kok ke apartement?”Ku cepat bertanya sebelum mobilnya menuju ketempat parkiran.
“ Ya kan lebih asyik ngobrolnya. “
“ Tapi …. “ belum sempat aku melanjutkan kata…
“ Jangan kuatir ada sepupuku di apartement. Dia model juga.Namanya Alya.”
“ Alya ?”
“ Ya yang ikut casting juga di senayan”
“ Dia sepupumu, model?”
“ Ya..memang kenapa?”
“ Ou…ga. Ga papa”
Jadi Alya sepupunya. Sama sekali Alya tidak cerita kalau dia adalah seorang model. Mengapa harus bohong. Tidak mengerti maksud dia sama sekali. Kalau pun dia ada di apartement Daffa sekarang , kebetulan aku bisa menanyakan  sesuatu padanya.
Huff kamar apartement daffa lantai 20 lagi . Aku paling tidak nyaman kalo harus ke apartement. Masalhnya bayangan negative selalu muncul di otakku jika masuk wilayah apartement. Aishh apa sih aku ini. Inilah akibat keseringan nonton film horror.  
            Hening suasana gedung apartement ini. Sesekali kulihat di sekeliling ruangan kamar apartement yang kulewati. Sepi tak ada satu pun orang yang kujumpai di lift maupun di  lobi.

“ Ini dia kamarku”Daffa membuka kamar apartementnya. Kamar 109  tampak luas ketika kumemasuki ruangannya.
“ Gimana za ?” Tanya daffa .Kumengerti maksudnya itu.
“ Bagus…pasti mahal”
“ Tidak juga” Ucapnya mengedipkan mata padaku.
“Oh ya ..dimana Alya?”Buru-buru aku menanyakan tentang Alya.
“ Dia lagi ada pemotretan za’ bentar lagi juga pulang.”
“ Tenang aja. Duduk aza dulu pasti kamu lelah kan”
Aku langsung duduk di sofa bercorak gold itu.
“Btw mo minum apa nh ?”
“ Apa aza. Yang penting halal.”
 Daffa mengerti apa yang aku curigai. Terlihat jelas di dapur lemarinya terpampang botol minuman keras.
“ Oh jadi kamu lihat juga. Tenang aja itu hanya buat party kok”
Party ….huff dunia artis memang seperti ini. Makanya aku sudah tak kaget lagi. Whatever yang penting aku bukan yang seperti itu.
            Ketika Daffa asyik membuat minuman untukku, aku langsung berjalan pergi menuju balkon. Ingin sekali menghirup udara luar dari lantai atas. Ruangan balkon inilah yang aku sukai. Hummmm hahhh….aku mengela napas panjang dengan udara sepoi-sepoi dan angina bertiup kencang. Dari atas kulihat dibawah taman , disampingnya terdapat lapangan bulutangkis dan voli. Kolam renang pun tak jauh dari tempat olahraga tersebut. Pasti apartement mahal, ucapku lirih.
            “ Za” Terdengar Daffa memanggilku.
“Oh ternyata kamu disini.” Dia pun menghampiriku.
“Suka juga dengan udara luar”
“ Kalau pulang dari syuting aku suka berdiam diri disini dan melihat langit cerah di malam hari.” Ucapnya sambil memberiku minuman jus jeruk.
“ Memangnya sering pulang malam juga “
“ Ya..namanya juga kerja tidak mengenal waktu dan tempat. Terkadang syuting lama dan tempatnya jauh.”
“ Seiap hari?”
“ Tidak juga. Cuma kadang-kadang aja jadwalnya.”
Hingga tak terasa 1 jam aku berbincang dengan dia. Kemudian aku bertanya tentang Alya lagi.
“ Alya?”
“ Ya nih dia lama juga datangnya.”Kemudian dia berpikir sejenak.
“ Kalau ga aku susul dia. Za’ kamu bisa ga disini sebentar.”
“ Maksudnya?”
“ Aku jemput dia , tapi kamu tetap disini.”
“Apa??. Kenapa ga harus berdua?”Tanyaku curiga.
“ Kamu tau sendiri za’ wartawan suka iseng mengambil foto artis. Kamu ga mau ada gossip kan ?”
Terpaksa aku mengiyakan. Walaupun sebenarnya aku agak risih di apartement orang ataupun lama-lama di rumah orang.
“ Tapi jangan lama-lama “
“ Janji ga lama” ucapnya sunguh-sungguh.
Secepat mungkin dia pun mengambil kunci mobilnya. Kuhanya melihat bingung kepergiannya. Seharusnya aku pulang saja kan tidak menjadi was-was gini. Tapi terlambat. Huff…2 menit, 5 menit ,10 menit hingga satu jam akhirnya aku sudah tidak sabar lagi untuk menunggu. Tepat jam satu aku berniat ingin pergi. Kumelangkah cepat keaarah pintu keluar. Sesuatu terjadi…..!!! Kenapa pintunya tidak bisa di buka. Aishh terkunci dari luar. Damn aku terkunci disini.

Bersambung…..






Rabu, 12 Oktober 2011

behind the scene (1) (Cerber-cerita bersambung)


Behind the scene

“ Telat lagi “ sasha membuka pintu mobil dan menghela napas panjang.
“ Sorry “ ucapku singkat. Sasha hanya mengeleng-gelengkan kepalanya.
“ Ya udah..cepetan ganti baju”. Sasha memberiku kostum pakaian yang akan di kenakan untuk scene film terakhirku.
“ Action”
            “ Hidup itu masih panjang , jika ku hanya menghabisi waktu aku dengan bersedih kapan aku bisa maju. Cinta kita mungkin tidak akan bisa disatukan. Tapi aku berharap ikatan yang sudah terjalin sudah lama tidak akan hilang di telan waktu. Terima kasih kau telah menjadi bagian dari hidup aku.” Ku berjalan jauh dengan membawa koper menuju arah bandara.
            “ Tasya…..!!” suara lirih pria yang ku tinggali memandang tajam dan air matanya ku lihat jelas menetes di matanya.
“ Yup…good…..” Pak Bayu sebagai sutradara film ku tersenyum bangga ke arahku.
“ Bagus za’ saya bangga , sampai scene terakhir pun kamu bisa berakting maksimal , walaupun kamu sering telat datang syuting” senyum tersindir kearah ku. Hihi jadi malu suka telat.. gumamku
“ Berarti sudah selesai tugasku..wuahh saatnya liburan” ucapku senang. Tak berapa lama Sasha asistenku muncul.
“ Maaf za’…! Sesaat aku terheran.
“ Kenapa”
“ Setelah ini  ada syuting film lagi”
“ Apa…..”Raut muka ku berubah seketika. Yang tadinya senang akan ada liburan panjang , tetapi malah  harus menjalani syuting lagi.
“ Iya …dari pa heru “mendengar kata heru membuatku kesal tuh manager memang harus diganti..Berulang kali aku selalu bilang harus konfirmasi dulu kalo ada tawaran film.
“ Trus gimana” sasha menanyakan kejelasanku. Setelah aku terdiam lama.
“ Ya dah lah . Dari PH mana filmnya?”
“ Alfa Pictures” jawab Sasha yang membuat aku sedikit terkejut.
“Alfa Pictures??” Tanyaku lagi.
“ Ya..PH yang terkenal itu.”
Kenapa harus PH itu. Ingatanku  tertuju pada 3 tahun yang lalu. Saat itu aku masih belum menjadi apa-apa. Aku hanya seorang Mahasisiwi baru yang hanya mencoba keberuntunganku di dunia acting.
“ Nama?”seorang pria dengan kaca mata hitamnya menanyakan nama padaku. Dia adalah seorang manager artis kenamaan. Dimana tempat yang kutuju adalah di sebuah PH yang terkenal kala itu.
“ Filza Ardina”
“ Pernah ikut casting sebelumnya?”
“ Belum pernah”
“ Umm ..Ok..kalo gitu masuk ke ruangan yang sebelah kiri”.
 “ makasih”.
Aku berjalan menuju ruangan ke sebelah kiri. Di ruangan sebelah kiri tertera new comer. Sedangkan di ruangan sebelah kanan tertera di pintu masuk artis/actor. Kemungkinan di bedakan untuk new comer dan yang sudah lama memang menjadi artis. Aku memberanikan diri berjalan masuk. Umm..ternyata bukan aku saja yang ada di ruangan ini. Sekitar 20 orang duduk menunggu giliran untuk di panggil. Semuanya cantik-cantik. Ada yang berpakaian seksi, casual, dan elegan. Sepertinya hanya aku saja yang  seadanya dalam segi pakaian.
“ Hi “ seorang gadis cantik dengan tinggi semampai menyapaku. Aku tersenyum kearahnya. Akupun duduk di sampingnya.
“ Aku Alya “ Dia menyodorkan tangannya.
“ Filza” kami pun berkenalan. Diantara yang lain Cuma alya ini agaknya sedikit ramah padaku. Yang lain hanya acuh tak acuh memandangku.
Hingga tak berapa lama kami larut dalam percakapan yang panjang.
“upz sampai aku lupa , sekarang giliran aku”Alya berdiri menoleh pria yang memanggilnya untuk casting.
“doain ya” ucapnya pergi memasuki ruang casting.
“ ya,..goodluck ya J”. Dia pun melambaikan tangan kearahku.
Sambil menunggu aku minum aqua botol yang kubawa di tas. Huff mulai deh aku grogi.
Satu jam kemudian ….Alya keluar ruangan.
“Gimana?”
“ yeah..aku di terima “
“ Selamat ya….”Aku tersenyum senang.
“ Ya..makasih ya..oia aku pergi dulu ya za’ ada urusan nh , sorry ya ga bisa bareng ?’
“oia gpp kok”
“ kapan” kita bisa jalan bareng ya”
“ sipp” ucapku mengantarkan dia keluar ruangan.
Tak lama kemudian giliran aku yang  di panggil. Huff mulai deh detak jantung berdetak hebat. Apa bisa aku lolos casting. Ku melangkah ke ruangan.
            Ada empat orang yang duduk diantara meja besar. Yang pertama pria dengan baju kotak-kotak.Dia seorang sutradara yang terkenal. Yang kedua pria dengan badan yang besar, seingatku dia produser kenamaan. Yang ketiga pria  berbadan kurus dengan raut wajah yang serius. Dia adalah actor yang sudah lama berkecimpung di dunia hiburan. Yang terakhir pria dengan wajah tampan dan memakai topi. Ku tak begitu mengenali pria bertopi itu. 
            “ Sebelumnya sudah ada pengalaman di bidang acting?”pria berbadan besar bertanya kearahku
“ Belum”
“oh..”
“ Apa tujuan kamu untuk ikut terjun k dunia hiburan, apa untuk menjadi terkenal”
“Bukan ”
“lalu” Pria bertopi itu bertanya dengan serius.
“ Ingin dapat uang untuk kuliah” Sejenak semuanya tertegun dengan jawabanku yang mungkin agak jujur.
“ hanya itu..kenapa?”
“Karena bagiku ketenaran bukan segalanya . Aku lebih suka dikenal dengan pekerja keras untuk uang tapi bukan untuk ketenaran.
“ok…bisa tidak kamu berpura” menjadi seorang criminal. Bisa tunjukkin acting kamu.
What’ antagonis..huff jauh banget dari karakter aku sehari-sehari’gumamku dalam hati. Tapi ku berusaha semaksimal mungkin beracting. Walaupun sepertinya tidak seindah dan sebagus acting actor dan aktris terkenal. Lima menit kemudian….
“ ok sudah cukup” pria berbadan kurus tiba” menghentikkan aku.
“ Maaf kami tak bisa menerima anda”
“ silahkan anda pergi”
“ Terima kasih banyak “ Ku pun pergi dengan wajahku yang muram. Padahal aku berharap agar aku bisa di terima. Apa salah aku berkata jujur niat aku untuk ikut casting dan menjadi artis itu semua demi uang. Dari pada harus munafik tapi ternyata sama saja niatnya untuk mendapatkan semua itu.
Ketika ku melangkahkan kaki meninggalkan ruangan tersebut ,pria bertopi itu memanggilku.
“ umm saudari Filza “seru pria itu selepas aku meninggalkan ruangan
“ iya…”aku terkejut ternyata dia mengikutiku.
“ Maaf ya.. sebenarnya acting kamu cukup baik. Cuma memang lagi tidak beruntung aja”.
“ ya gpp kok”jawabku lemah
“Tetap berusaha ya”
Entah mengapa tiba” dia mendorong aku untuk terus berjuang dalam dunia hiburan ini.
“iya makasih” seperti baru di pompa ..tiba’ saja aku jadi bersemangat untuk lebih mju lagi. Dia pun pergi meninggalkanku. Sapa dia??Walaupun aku tak sempat mengetahui namanya , tapi aku janji harus bisa menjadi pekerja keras. Dan bisa bayar semua hutang kuliahku .

Bersambung----




Selasa, 04 Oktober 2011

I'm...............???

I’m not as pretty as princes……
I’m not as kind as u……………….,
I’m not as patient as u……….
But I can be a star which shines in ur heart…
I can be a flower to stuck ur heart…….
I can be water to fresh ur heart…….
I can be light to brighten ur heart……………
I can be there wherever u are…………………….^_^

about wiee :)

I likes to stay in my cute room. Reading a good story for spending the time. I'm  moody. Sometimes there's nothing going to do, so I'm going out for refresh my mind. I like sea .I can breath a fresh air there and forget the whole bad things. A windy day through my own , so I'm going to feel freezy.
My day.............
My loves..............
My colours...........
My happines...........
My light...........
Just only pink....
Loves pink :)