Selasa, 18 Oktober 2011

Behind the scene part 4


“ Apa ada masalah?” Produser yang bernama Pa Arie itu mengagetkanku.
“ Oh ga ada” ucapku menyembunyikan sesuatu.
“ Baiklah kalau tidak ada yang di tanyakan lagi saya akan siapkan kontrak kerjanya. Syuting akan dimulai minggu depan.”
“ Ok “ Usai berjabat tangan aku pun pergi meninggalkan ruangan kantor. Masih mengganjal di hatiku tentang Daffa. Peranku disini menjadi sosok cewek yang angkuh yang jatuh cinta pada Daffa. Humm..apa bisa aku berakting dengan dia. Kejadian buruk itu tidak akan kulupakan . Aku benar-benar benci dengan dia.
“ Za’ pa’Heru memanggil aku nih kekantornya. Pasti mau nanyain soal kontrak kerja kita. Kamu mau datang kesana ga?”
“ Ga ah. Aku pulang saja ke apartement.”
“Ok deh. Tapi naik taksi ya”.
“lah kok” tanyaku heran
“ Yah kan aku pergi, ga bisa nganterin u za’. Kalau kamu bisa nyetir mobil sih gapapa.”
Aishh.. aku lupa kalau belum bisa nyetir mobil. Mau belajar tapi ga ad waktu, syuting terus. Akhirnya aku menunggu taksi di luar parkiran mobil. Lalu lalang mobil melewati ruang keluar gedung . Tapi tak ada satupun yang lewat. Sekali ada yang lewat ternyata sudah di pesan. Titttt..tittt…Suara klakson mobil terdengar di sebelah kanan. Sosok cowok keluar dari mobil dengan kacamata hitamnya. Dia mendatangiku.
“ Filza..pa kabar?” Dia pun membuka kacamatanya. What….apa aku ga mimpi.
“ Kok diem” daffa tersenyum seolah-olah tidak terjadi sesuatu dengan aku dan dia tiga tahun yang lalu. Aku hanya memalingkan wajahku. Tak ingin menoleh kearahnya. Aku berjalan menjauhinya dan ingin meninggalkannya. Benar-benar menganggu sekali kalau dia ternyata mengikuti aku dari belakang. Aku tetap berjalan jauh dan jauh hingga sampai ke pertigaan jalan. Sampai aku sudah tidak sabar lagi dan menoleh kearahnya.
“ Mau lu apa sih” Ucapku terkesan kasar
“ Bisa di lembutin ngomongnya”
“ Ga”. Ucapku puas
“ Kamu masih tidak bisa terima kalau kita ternyata satu film”
“ sorry ..sampai kapan pun aku juga ga mau kalo satu film. Ya semua orang tahu kamu sekarang actor terkenal beda dengan dulu. Tapi aku tidak tertarik sama sekali.”
“ kamu terpaksa”
“ Itu udah tahu jawabnnya . Aku terima karena terpaksa.”
“ Filza” Daffa mencoba memegang tanganku.
“ Hih..apa sih. Jangan pegang-pegang.Kalo ga……” Belum sempat aku melanjutkan kata-kata..
“ Daffa…daff…..Itu Daffa .Aktor film yang dapat penghargaan. Kita kesana yuk” suara wanita-wanita yang berdiri di halte itu pun terkejut dan kemudian mereka berlari kearah kami. Sedangkan Daffa mulai panic..
“ Siang-siang gini enak kali ya lari marathon” Tanpa aba-aba dia pun tiba” menarik tanganku
“eh..tunggu dulu” Aku tak bisa menolak lagi tangan dia begitu erat memegang aku. Kami pun berlari berkejar-kejaran dengan fans. Napasku mulai cepat. Kelelahan mulai merajai tubuhku. Tepat melewati gedung bertingkat. Dia mengajakku bersembunyi di balik pohon yang menjulang tinggi.
“ kemana Daffa ya…”wanita berponi itu kebingungan.
“ Aishh kita telat sudah, dia lari jauh kayaknya. Padahal aku ingin sekali foto-foto.” Sahut cewek berambut pendek.
“ Ya…telat deh yuk balik” Ucap wanita lainnya.
Hingga mereka berlalu pergi menjauh. Daffa kemudian keluar dari pohon. Tak lepas tangannya tetap memegangku. Tapi kemudian aku menarik lagi tanganku.
“ Sudah cukup..lagian kenapa ga foto-foto sama mereka.”
“ Kan kita berdua. Kamu mau ada gossip?”
Huahh. Tidak di bayangkan sama sekali kalau harus pulang bareng Daffa. Karena aku harus buru-buru pulang dan sorenya ada pemotretan jadi tidak ada waktu lagi.Tidak lagi-lagi deh pulang bareng. Hari ini karena terpaksa.

“ Ga usah” jawabku singkat ketika dia ingin mengantarkanku masuk ke apartement
Aku pergi tidak mengucapkan sepatah katapun.

            “ Filza..serius dunk , sudah 10 take nih”. Seru Pa Andrea mulai kesal.
Ada apa aku hari ini. Masih saja tidak bisa konsentrasi. Adegan bermesraan dengan Daffa membuat aku pusing. Andai saja adegan ini tidak ada. Hufff.
“ Kalau masih take terus,film kita tidak akan selesai sampai sebulan za’.Bisa-bisa lebih dari sebulan.”lanjut Pa Andrea membuatku terhenyak. What…satu bulan lebih. No..way. Bertemu dan beracting dengan dia selama satu bulan saja sudah menjadi beban bagiku. Apalagi lebih dari satu bulan.
“ Iya..aku janji kali ini serius” ucapku memelas. Akhirnya syuting di lanjutkan. Semoga bisa konsentrasi.
Action’………
                        “ Terima kasih sayang, hari ini aku tersadar bahwa cintamu benar-benar tulus.” Sahutku lirih memegang bahu Daffa.
“ Iya sayang ..aku tahu saatnya pasti akan tiba untuk kita. Aku senang dapat kembali bersamamu .”Peluk erat Daffa memegang pinggangku.
Cut……
“Ya..selesai” Akhirnya Pa Andrea tidak kesal lagi.  Humm selesai. Usai syuting kuburu-buru pulang. Tak kuhiraukan Daffa yang mencoba memanggilku. Kucepat berlari ke mobil dan menyuruh Sasha cepat-cepat mengemudikan mobil.
“ Kenapa za’ tergesa-gesa. Biasanya kan kamu mau istirahat dulu di tempat syuting.”
“ Oh ga ad apa-apa kok”
“ Kamu ada sesuatu dengan Daffa?”Sasha mencoba serius kali ini. Tak biasanya dia serius, seringkali dia bercanda padaku.
“ Ga ada kok Sha’.ucapku tanpa ragu-ragu
“ Oh..syukurlah”. Raut muka Sasha agak senang seketika. Ada sesuatu yang Sasha sembunyikan dari aku. Entahlah. Sepanjang jalan dia hanya terdiam. What’s wrong with you sha?...
Bersambung…

           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar