Sabtu, 15 Oktober 2011

Behind the scene part 3

Bodoh sekali diriku harus terkurung seperti ini. Kulirik jam tanganku sudah 1 jam menunggu Daffa tapi dia belum datang juga. Kutelfon tapi hpnya sudah tidak aktif. Bayangan negative sudah mulai membayangiku. Apa mau dia sebenarnya?. Apa dia hanya mengelabui aku. Tidak ada gunanya juga kalau harus berteriak. Tidak akan ada yang mendengar. God help me please. Empat jam sudah terlewati. Sekarang jam 5 , namun Daffa juga belum muncul. Jika sampai  malam juga bagaimana ini. Bermalam di apartemen ini!!..Oh tidak…aku  tidak mau dan tidak akan. Lemas mulai merajai tubuhku. Tidak ada kekuatan juga kalaupun harus mendobraknya. Tetap setia aku menyender dekat pintu . Berharap ada seseorang yang berjalan melewati kamar Daffa dan aku akan mengedor-gedorkan pintu untuk meminta tolong. Tapi semua sia-sia. Sunyi tidak ada suara langkah kaki satupun. Kumulai duduk lemas dekat pintu. Sekarang bagaimana ini. Setelah pikiranku berkutat dengan hal-hal yang tidak kuinginkan tiba-tiba terdengar suara langkah kaki. Dengan cepat kuberanjak berdiri. Pintu terbuka.
“ Za’..” dengan wajah tak berdosa Daffa tersenyum padaku.
“ Darimana aza” ucapku lemas.
“ Nungguin Alya selesai pemotretan”
“ Lalu  Alya?”tanyaku tegas.
“ Dia lelah jadi dia langsung pulang. Dia hanya menitipkan salam padamu.”
“ Percuma aku disini hanya membuang waktu saja. Tidak .” Kuberanjak keluar pintu ,ingin cepat meninggalkan Daffa.
“ Tunggu” Daffa menarik lenganku.
“ Sebenarnya aku bohong”
Aku menoleh . Terlihat Daffa ingin mengungkapkan sesuatu.Aku melepaskan tangan daffa.
“ Bohong?”Tanyaku curiga
“ Ya.”
“ Alya bukan sepupu aku”. Dia hanya teman di agency model”.
“Trus” lanjutku lebih dalam
Sebelum daffa melanjutkan kata-katanya. Dengan cepat dia mengunci pintu kamar dan menarik aku kedalam ruangan.
“ Daffa”sahutku kesal
“ Apa maksud semua ini”
“ Kamu ingin menjadi artis kan?. Ingin lolos casting dan masuk di PH Alfa Pictures. Aku tahu semua wanita berlomba-lomba untuk bisa bersaing di PH terkenal itu. Kalau kamu mau aku ada channel agar kamu bisa masuk kesana. Tapi ada syaratnya.”
“Apa?”
“ Hanya cukup menemani aku tidur malam ini” sontak aku terkejut mendengar ucapan Daffa yang terkesan sangat tidak sopan .
“ Oh…Boleh mau berapa malam? 2 malam , 3 malam atau 7 malam.”ucapku mulai lantang
“ Kamu serius”sahutnya mendekatkan wajahnya ke aku.
“”Kamu percaya..!!.Asal kamu tahu aku tidak bisa menemani orang yang tidak bisa sopan terhadap wanita. Jadi jangan mimpi deh. Maaf aku harus pergi”.
“ Ga secepat itu kamu pergi”Daffa memegang erat tanganku.
  Kamu tidak ingin membayar kuliahmu?”
“ Oh jadi kamu tahu juga. Hebat ya Alya bisa cerita begitu dalam tentang aku.”
“ Aku memang ingin bayar hutang kuliah. Tapi kalau harus dengan cara ini. Aku lebih baik tidak kuliah. Paham. Dan jangan menganggap semua wanita itu sama dengan apa yang kau pikirkan.” Dengan sekuat tenaga kumencoba melepaskan tangan Daffa.
“ Sebelum aku lepaskan aku ingin kamu mengingat ini” Daffa mendekatkan bibirnya ke wajahku.
“Kamu…!!Plakk” satu tamparan tepat kearah mukanya. Seketika wajahnya pun memerah. Cepat-cepat kurampas kunci pintu dan berlari sekuat tenaga dan  meninggalkan apartement tersebut. Ya Tuhan apakah seberat ini harus bisa terjun ke dunia hiburan, sahutku dalam isakan tangis . Aku tidak menghiraukan orang-orang yang melihat di sekelilingku. Mereka pasti bertanya-tanya. Mengapa ada perempuan menangis keluar kamar apartement. Sebagian dari mereka iba tapi sebagian mereka cuek. Entah mereka berpikiran buruk atau tidak, Yang jelas aku harus cepat-cepat pergi dari tempat ini.
            Kututupi wajahku dengan sapu tangan , berharap orang-orang tidak melihatku menangis. Baru saja aku kelantai bawah dan hendak melangkah keluar. Tiba-tiba ..Brukkk. Karena aku tutupi wajahku aku tidak melihat seseorang di hadapanku. Aku terjatuh.
“ Sorrry….” Sosok pria melihat ke arahku. Tidak mungkin dia. Wajahnya aku sangat kenal.
“ filza ya’ tanyanya padaku.
“ Iya..” Kulihat dengan jelas. Iya benar dia pria bertopi. Kubuka sapu tanganku. Dia mengerti apa yang kurasakan saat itu.
“Ikut aku” Pria bertopi itu pun mengajakku ke coffee shop yang tak jauh dari parkiran pintu keluar apartement.
“ Jadi karena itu kamu menangis” sahutnya usai mendengar kejadian yang aku alami tadi.
“ Aku memang butuh uang tapi tidak dengan cara seperti itu” isakku lagi.
“ Sisi negative itu pasti ada, tergantung kita yang menentukannya. Dunia hiburan itu keras, baik dan buruk menyatu di dalamnya. Yang penting kamu bisa bertahan dengan prinsip yang kamu ambil. Apa masih kamu ingin terjun,setelah kejadian ini?” tanyanya sekitika isakan tangisku berhenti.
“ Tetap ingin maju, apapun resikonya. Dan asalkan aku tidak terjerumus ke hal-hal yang tidak aku inginkan”.Sejenak dia terpana dengan ucapanku. Pria itu kemudian mengeluarkan kartu nama.
“ Ini ada kartu nama temanku. Dia adalah produser film. Dan sudah lama berkecimbung di dunia hiburan. Kelebihannya lagi dia dapat melihat talent seseorang dalam berakting. Kamu bisa datang kepadanya. Kudengar dia ada proyek film baru. Mudah-mudahan kamu bisa terpilih. Meski bukan PH terkenal tapi aku dapat melihat kalau PH itu bisa berkembang dengan cepat”.
Kulihat kartu nama tersebut dengan seksama.Citra Production “Hari Sanjaya”.
  Bilang saja kamu tahu itu dari Mr. L. “
“ Mr. L” sahutku heran
“ Ya ..itu sebutan aku”.
“Oh. Makasih ”.
“Iya sama-sama”Pria itu tersenyum ramah. Untuk yang kedua kalinya aku tidak tahu nama dia. Humm secrect man.
            Kenangan itu masih membekas di kepalaku. Itulah awal aku bisa terjun ke dunia hiburan. Tiga tahun sudah aku tidak pernah  bertemu dengan pria bertopi. Entah dimana dia sekarang. Jika ada kesempatan bertemu dengannya, aku akan mengucapkan banyak terima kasih. Berkat dia aku bisa ikut berperan di film pa’ Hari Sanjaya meski awalnya hanya sebagai peran pendukung. Terlebih lagi Pa Hari seseorang yang sangat bijaksana. Dia sangat paham dengan karakter seseorang. Hingga dapat menempatkan aku dalam peran tersebut.
“ Pagi Filza” Suara sasha terdengar di balik pintu.
Aku pun menoleh kearahnya.
“ Aishh piala penghargaan” Sasha menghampiriku. Dia tersenyum melihat aku memegang piala FFI.
“ Pemeran pendukung terbaik jatuh kepada Filza Ardhina…plok…plok..” sahutnya meniru suara presenter.
“ Apaan sih sha’” aku tertawa kecil melihat tingkah laku sasha.
“ Agak mirip ga jadi host”
“ Ga” ucapku menggelengkan kepala.
“ Aishh..Gitu ya”
“ hahahah…ngambek nih..cocok kok beneran deh”
“ Pastinya” ujarnya bertolak pinggang
 Cocok jadi asisten  maksudnya hiihhi”
“ Itu memang iya”sahutnya mengernyitkan dahi.
“ Oh ya..cepetan mandi za’”.
“ Memang knp?”.
“ Aishh…Baru saja semalam aku bilang , kalo hari ini ada pertemuan dengan produser Alfa pictures za’”.
“ Uhh aku lupa”
“ Makanya jangan kelamaan tidur, jadi lupa ingatan kan “
“ Bisa di batalin ga” ucapku memelas
“ Ga bisa..”seru sasha tegas. Sasha pun memberi aku handuk yang tergantung di samping lemariku.
“ Huff ..ya sudah aku mandi.”
            Libur hari ini tinggal kenangan .Hari minggu tetap sibuk. Inilah resiko kerja di dunia hiburan. Usai mandi kupun cepat mengganti baju dengan yang casual. Paling hanya pertemuan biasa dan membicarakan soal film nanti kemudian penandatangan kontrak. Janjiku dulu tidak akan bekerja sama dengan Alfa Pictures meski di bayar berapapun. Sempat menolak tapi Pa Heru sudah mengiyakan.
“ Ga bisa za’ aku sudah terlanjur mengiyakan”.
“ Kalaupun di tolak, pasti berdampak besar pada karirmu. Apalagi kamu kan baru merintis karirmu dari nol. Kamu tidak ingin kan karirmu hancur”.
Itu alasan Pa Heru tidak mau mengikuti keinginanku. Ada benarnya juga Alfa Pictures PH yang sangat  terkenal. Pasti bagi mereka mudah untuk menjatuhkan aku.
            “ Sudah siap” sasha menengok pintu kamarku lagi.
“ yup”  Sasha membantuku membawa tas. Dan di bawanya ke mobil. Selelahnya aku kerja tiap malam syuting, aku tetap senang. Karena kehadiran Sasha sangat  membantuku setiap saat. Maka tak heran setiap bulan aku selalu memberinya hadiah. Dan pastinya aku berterima kasih juga dengan Pa hari telah memberiku asisten ketika mulai memasuki  dunia hiburan. Lima belas menit kemudian mobilku memasuki tempat area parker. Kubuka jendela mobil. Humm sudah tiga tahun gedung ini banyak sekali berubah. Terakhir aku kesini ketika aku ikut casting dulu.
“ Yuk”.Sasha turun lebih awal. Kulihat dengan seksama di setiap sudut gedung. Dilantai tiga kulihat banyak sekali wanita yang sedang menunggu giliran casting. Humm jadi ingat waktu aku dulu. Sasha menunjukkan tempat sang produser. Kami pun masuk di ruang agak pojok. Terlihat banyak orang-orang yang bekerja termasuk karyawan kantor tersebut.
            “ Ouhhh..Filza Ardina ..senang bertemu dengan anda.” Sosok pria berbadan besar yang pertama kali aku lihat ketika aku ikut casting dulu. Masih sama dengan tiga tahun yang lalu.
“ Ya ..” Aku pun duduk di sofa yang sudah di sediakan dekat meja berukuran besar itu. Terlihat ada tiga orang di hadapanku.
“ Maaf sebelumnya kalau pertemuan ini sangat mendadak”
“ Saya berharap kita bisa bekerja sama dengan baik.”
Aku hanya membalas dengan anggukan. Tak berapa lama berbincang. Dia pun memberiakn script naskah yang aku maenkan dalam film tersebut.
“ Ini naskahnya, kamu bisa lihat dulu” Ku membalikkan kertas untuk naskah yang akan perankan. Ceritanya cukup bagus. Begitu lihat aku sudah mulai tertarik. Menantang karakter untuk aku  perankan. Tapi setelah kulihat para pemain dalam film ini , ada keganjalan dalam hati aku. Satu tokoh cowok yang ada di ingatanku tiga tahun yang lalu. Daffa ….dia adalah pemeran utama pria di film ini. Aishh…Mengapa harus bertemu lagi dengan dia.  Seperti tertimpa meteor huff.
Bersambung…….







             




Tidak ada komentar:

Posting Komentar